Ia yang kuakrabi dengan sapaan -Man-

Aku mengakrabinya dengan sapaan Man. Di bulan namaku, yaitu Juni 2018 adalah perjumpaan perdana dengannya saat mengikuti kegiatan SiDaus di Jakarta. Belum pernah bersua sebelumnya dan juga tak pernah berkomunikasi walaupun melalui media sosial, sebab memang belum mengenalinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Di perjumpaan perdana itu pula aku mengetahui bahwa logo harlah SM-3T yang sejak awal muncul sudah menghadirkan kekaguman dalam kalbu. Hingga kugoreskan dalam sebuah kalimat metafora, dan barangkali tak dimaknai oleh yang membaca sebelumnya, jika saja tak kuberitahu. Karya yang sedemikian sempurna itu adalah hasil karyanya. 

Kala itu kami saling bertegur sapa di sela-sela kegiatan. Saling bertanya nama lalu akrab di spasi waktu yang singkat. Kemudian bercengkerama dalam waktu begadang untuk menyusun reportase bersama. "Kakak cepat juga ya akrab," ujarnya malam itu. Aku hanya tertawa merespon ujaran itu. Saling berbagi cerita tentang tempat tugas dan perjalanan hijrahku. Kami berempat larut dalam cerita, tawa, canda dan perihal yang harus dirampungkan malam itu. 

Komunikasi terus berlanjut hingga detik berikutnya. Masih di bagian kegiatan yang sama, ia mengirimkan beberapa potret hasil jepretannya. Aku tahu bahwa ia adalah ahli dalam bidang itu. Maka kutanyakan kesediannya untuk memeriksa kamera DSLRku yang juga turut serta kubawa kala itu. Dia tak menyela bersedia memeriksakan kamera itu lalu menganjurkan beberapa solusi. 

Dalam sekian waktu, lewat komunikasi, seringkali juga kudapati ia menyatu dalam malam. Merampungkan beberapa amanah yang diberikan padanya. Selama membangun komunikasi tak pernah kudapatkan kalimat keluh kesah dari jemarinya. Bahkan kata 'lelah' sekalipun. Padahal aku mengikuti aktifitasnya dari jauh. 

Perjumpaan kedua dengannya berlangsung saat bimtek di Palembang, tepatnya di bulan November 2018. Aku juga tak menyangka kalau dia ada di kegiatan itu. Sebab biasanya ada komunikasi sebelumnya jika akan ada kemungkinan bersua dalam sebuah kegiatan. Barangkali karena kami juga tidak saling menahu bahwa akan berkesempatan di satu kegiatan yang sama. Selama kegiatan itu beberapa kali bersua, tak kudapati raut wajah sakitnya. Tak ada tampak sedikit pun, sebab suara dan sapaannya nyaris tak berbeda dari biasanya. Dan saat itu berkata "Kak, nanti kita berfoto ya. Mau saya bawa untuk dijadikan oleh-oleh buat Akbar". "Siap," jawabku di sela-sela waktu penutupan kegiatan.

Bulan Agustus aku mengabarinya bahwa bulan Desember ingin menunaikan ketidakmungkinkan yang terjadi di tahun 2015, menjejaki Makassar. Dia merespon "ditunggu di Makassar Kak". Dia memberitahu bahwa akan ada MeAN, namun lokasinya belum ditentukan. Teringat juga dengan video rilis akan adanya MeAN di Biak Numfor, saat aku mengapresiasi video itu, dengan yakin dan ber-emoticon ia berucap " Iya kak, alhamdulillah saya yang buat. Keren Kan". Selepasnya ia tertawa lewat kata. Katanya terlalu sombong, jika aku ke Makassar namun tak singgah ke basecare pusat koordinasi Makassar.

Segenap komunikasi itu masih menghijau. Saat aku mendengarnya masuk rumah sakit di spasi perjumpaan di Palembang, seakan tak percaya dan terus terngiang. Hingga saat kujejaki tempat ini, aku tak menemui tawa dan candanya lagi. Tubuhnya yang terbujur dengan selang yang mengelilinya. Bahkan untuk saling bertegur sapa pun, tak dapat. Tak sanggup berlama-lama menatapinya yang terbaring lemah. Kusaksikan pula adiknya yang begitu sabar membersihkan tubuhnya. "Man, kakak sudah di Makassar," ingin rasanya kukatakan demikian. Namun tak bisa.

Dan perjumpaan yang seyogyanya terjadi di bulan Desember, nyatanya adalah perpisahan yang selamanya. Tak dapat lagi kutemui ia yang biasa kupanggil Man. Berkurang pertanyaan yang harus kujawab. Sebab ia termasuk yang rajin sekali bertanya tentang hal-hal yang kulakukan di tempat tugas, tentang siswa dan mendoakan penyempurnaan separuh agamaku. 
Segenap doa untukmu Man. Kiranya Allah menempatkanmu di surga FirdausNya. Akan ada doa-doa yang tak luput dari rekan-rekan seNusantara, untukmu Man. Tenanglah disana.

Makassar, 23 Desember 2018
13.21 Wita
-Juniar Sinaga-
#Keeptawadhu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Mencintai Dalam Ikatan Yang Halal

'Narasi' Ukhuwah

Papan tulis pandemi?