Bertemu Tere Liye

Momen dan Impresi



Impresi
 Oktober 2019 yang lalu menjadi sebuah momen yang takkan terlupakan sepanjang perjalanan. Kesempatan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Lewat lingkaran cinta, mendapatkan kesempatan tersebut. Walau awalnya terasa berat, sebab amanah itu mengharuskan diri untuk menyeberangi lautan di spasi waktu. Jumlah yang sedikit, akses informasi dan transportasi yang tak begitu padu, adalah tantangan yang pada akhirnya dilewati karena kesatuan dan kebersamaan.

Membagi waktu dari jarak yang tak jauh, namun juga tidak dekat. Mengamati musim dan kondisi. Saling berkomunikasi walau rasanya segan.
Menikmati ombak dan angin kencang saat akan menghantarkan Tere Liye menuju lokasi kegiatan. Tak terpikirkan lagi ombak, walau jantung berdegup-degup. Sesekali tertawa mengamati celoteh dari Tere Liye dan tim kala itu. Rasa lelah itu sirna dengan sendirinya. Bukan tentang kita yang dipikirkan saat itu, namun tentang kemaslahatan dan kebermanfaatan kegiatan untuk orang banyak. Banyak dalam keterbatan potensi diri, teringin menghadirkan kontribusi. Melalui lingkaran cinta, satu kontribusi bersama tunai. 


Kesempatan yang menjadi impresi
Keantusiasan peserta yang hadir membayar semua kesulitan dan energi yang terpakai. Sebab kita melakukan ini bukan mengharapkan imbalan. Hanya saja yakin bahwa segenap yang dilakukan ini bernilai ibadah. Berharap lewat kegiatan tersebut mampu menghadirkan bibit-bibit penulis yang barangkali sebelumnya belum muncul ke permukaan. Walau diri sendiri masih harus terus belajar untuk itu. Aku teringat dengan nasihat guruku bahwa "Nilai kita bukan pada apa yang kita miliki, tetapi pada apa yang kita beri". Nasihat ini menjadi sebuah energi untuk melakukan kepositifan yang dapat dilakukan. 



Aku juga belajar banyak dari Tere Liye yang luar biasa. Karya-karyanya Maa Sya Allah, namun tampilannya sederhana. Aku sendiri pangling saat menjemput di bandara, dengan kaos sederhana dan sandal jepitnya. Salah satu pernyataan menggugah juga terlontar dari Tere Liye saat memberikan materi kepada peserta. "Bagi saya, pakaian terbaik adalah pakaian saat menghadap Tuhan". 
Bagaiman tidak terkesima. Sebuah quotes yang bagus dan menggugah. Sukses terus Bang Tere. Semoga suatu waktu karyaku bisa demikian. Aamiiin Allahumma Istajib. 


Anambas, 21 Februari 2020
11.05 wib
Keep Tawadhu
Juniar Sinaga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Mencintai Dalam Ikatan Yang Halal

'Narasi' Ukhuwah

Papan tulis pandemi?